Maksud dan Tujuan
1. Maksud Pemeriksaan
Adapun yang menjadi maksud
dari pemeriksaan urin adalah untuk mengetahui kondisi tertentu dari urin, baik
saat dalam kondisi kadar kandungan urin normal ataupun pada saat kondisi kadar kandungan
urin yang tidak normal.
2. Tujuan Pemeriksaaan
Dilakukan pemeriksaan ini,
dengan tujuan dapat diketahui kondisi kadar kandungan dalam urin saat normal
dan saat tidak normal.
B. Prinsip Pemeriksaaan
Prinsip pemeriksaan yang dilakukan adalah penentuan kondisi
kadar kandungan dalam urin saat normal ataupun tidak normal berdasarkan hasil
positif dan negatif yang diperoleh dengan menggunakan reagen-reagen spesifik
dari pemeriksaan tersebut.
C. Prosedur Pemeriksaaan
1. Urin 24 jam
·
Tahap Persiapan
a.
Anda
akan mendapatkan botol besar untuk mengumpulkan air kencing anda.
b.
Tulislah
nama Anda di botol.
c.
Beberapa
tes memerlukan tambahan bahan kimia yang harus dimasukkan dalam botol sebelum
pengumpulan urin
d.
Jangan
melakukan olah raga yang lebih berat dari biasa saat Anda mengumpulkan
urin Anda.
e.
Jika
ada urin yang tumpah atau tidak tertampung maka Anda harus
memulai lagi dengan botol yang baru.
f.
Jangan
sampai ada kertas tissue atau tinja yang terbawa dalam urin.
g.
Jauhkan
botol dan bahan kimia dari jangkauan anak-anak dan dari hewan peliharaan.
h.
Simpan
urin di tempat yang sejuk atau dalam lemari es, jangan dibekukan.
i.
Letakkan
botol di tempat aman dan tidak terpapar langsung dengan sinar.
·
Cara mengumpulkan urin anda
a. Untuk memulai, kosongkan dahulu kandung
kemih Anda dan keluarkan semua urin yang tersisa. Tulislah waktu saat
pengosongan kandung kemih,ini adalah waktu anda memulai tes anda.
b. Sediakan sebuah mangkok kecil untuk
tempat anda berkemih. Mungkin anda akan diberi sebuah wadah yang sesuai dengan
dudukan toilet anda sehingga urine anda dapat tertampung dengan baik.
Berkemihlah di wadah dan masukkan urin anda dengan hati-hati ke dalam botol.
Jika ada bahan kimia yang harus ditambahkan, masukkan bahan tersebut ke dalam
botol setelah anda menuangkan urin anda yang pertama.
c. Selanjutnya kumpulkan semua urin anda
selama 24 jam di dalam botol.
d. Setelah 24 jam, berkemihlah sekali lagi
dan masukkan dalam botol.
e. Bawalah botol urin anda beserta surat
pengantarnya ke laboratorium.
2. Protein
· Dengan asam sulfosalisil:
1.
2
(dua) tabung reaksi diisi masing-masingnya degan 2 (dua) ml urin yang akan
diperiksa.
2.
Tabung
yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemuadian
dikocok.
3.
Bandingkan
dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau
tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.
4.
Jika
tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu
diatas nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air
mengalir ;
a.
Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan & tetap ada juga setelah
dingin kembali, tes terhadap protein “Positif”.
b.
Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin,
lakukan pemeriksaan Bence Jones.
· Pemanasan dengan
Asam Asetat:
1.
Masukkan
urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.
2.
Dengan
memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu
dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.
3.
Perhatikan
terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya
dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia
disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium
pospat/kalsium karbonat.
4.
Kemudian
teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika
kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.
5.
Panasilah
sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian
semikuantitatif kepada hasilnya.
3. Kreatinin
Pada percobaan
untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urin, dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi
Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila
kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis.
Warna ini akan
berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan. Dari hasil percobaan,
dipeoleh warna merah kecoklatan (jernih) d ari penambahan
urin dengan asam pikrat jenuh dan NaOH 10 %. Warna larutan pada salah satu
tabung berubah menjadi kuning setelah ditambah HCl (tabung yang lain tidak
ditambahkan HCl dan larutan tetap berwarna merah kecoklatan). Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam urin yang diuji, terdapat kreatinin.
4. Glukosa
Pemeriksaan
glukosa dengan menggunakan pereaksi benedict . dimana pereaksi ini berupa
larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Dimana glukosa dapat mereduksi ion Cu++ dari kupri sulfat menjadi
ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai CuO.
5. pH
Penetapan
pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi
asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum
menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu
karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa,
6. Urea
Untuk mengukur kadar ureum
diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml darah vena pada
tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis.
Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita
dianjurkan untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel
darah untuk mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.
Kadar ureum (BUN) diukur
dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi.
Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang
memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea.
Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu
nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN). Namun di beberapa
negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total. Nitrogen
menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat
dihitung dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.
Pengujian
|
Sampel
|
Reagen
|
Perlakuan
|
Positif
|
Negatif
|
Hasil
|
Urin
24 jam
|
Urin
|
-
|
Dikumpulkan
semua urin selama 24 jam
|
Volumenya
800-2500 ml/hari
|
Volumenya
kurang/lebih dari volume normal
|
|
Protein
|
Urin
|
As.
Asetat
|
Dipanaskan
kemudian ditambahkan As. Asetat
|
Tetap
keruh/bertambah keruh
|
Keruh
hilang
|
|
Kreatinin
|
Urin
|
As.
Pikrat jenuh, NaOH 10%, HCl
|
Dicampurkan
|
|
|
|
Glukosa
|
Urin
|
Benedict
|
Dipanaskan
|
Tetap
berwarna biru
|
Berubah
warna dan ada endapan
|
|
pH
|
Urin
|
|
|
|
|
|
Urea
|
Urin
|
Pereaksi
A dan Pereaksi B
|
Dicampurkan
|
|
|
|
D. Pembahasan
1. Urin 24 jam
Tes urin 24 jam dapat
menunjukan seberapa baik kerja ginjal anda. Untuk tes ini harus
mengumpulkan semua air kencing yang Anda keluarkan dalam waktu 24
jam.
2. Protein
Biasanya, hanya sebagian
kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal
dan diekskresikan ke
dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu,
protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick).
Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl
urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Pengukuran proteinuria
dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki risiko tinggi
menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat.
Proteinuria yang persistent (tetap
≥ +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal.
Proteinuria persistent juga akan memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada
spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi
albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang
sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit
glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan
ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif
untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Proteinuria positif
perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan menggunakan
sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai
indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang
dari 500mg/24jam). Pengaruh obat :
penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid
(Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang
(500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis,
nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia),
myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia.
Proteinuria tinggi
(lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik,
glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.
- Kreatinin
Kreatinin
merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin
fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin
kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah
kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun
keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap,
kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan masif pada otot.
- Glukosa
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam
ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea),
elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat
kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan;
zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang
tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.
Glukosuria
umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,
glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang
diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan
kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut
sebagai glycosuria ginjal.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180
mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Kreatinin
darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap
lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan
uji dengan kadar nitrogen
urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya
hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl
dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk
mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan
yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal akut
dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik,
pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi,
penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung
kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih,
testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis.
daging sapi [kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).
- pH.
Filtrat
glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran
pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada
status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi
sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan,
lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi
hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit
gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine
yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan
berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai
terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti
eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang
hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat
menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut
ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
·
pH
basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih
(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi
alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
·
pH
asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis
sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau
metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi
pengasaman.
- Urea
Hampir
seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino).
Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini
dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang
stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.
Ureum
berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang
sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas
rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena
mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma.
Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat.
Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit
ginjal.
Peningkatan
kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa
nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal
ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal,
dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang
bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1)
penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan
dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan
gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai
protein dalam makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh,
hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka
bakar, demam,.
Uremia renal
terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan
ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis,
hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal
ginjal kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes
mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit
kolagen-vaskular.
Uremia
pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter,
kandung kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter
bisa oleh batu, tumor, peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher
kandung kemih atau uretra bisa oleh prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea
yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali ke dalam darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar